AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI
Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyaan III
(AIK III)
OLEH
Dian Wahyuni
1214170044
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
FAKULTAS FAPETRIK
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.
Kami
mengucapkan banyak terimakasih
kepada Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing kami semua dan tak lupa kepada
teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Parepare,
10 Oktober 2014
Kelompok
VI
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
D. Metode Penulisan...................................................................................... 2
E. Pembatasan Masalah................................................................................. 3
BAB
II PENGERTIAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Pengertian Akhlak.................................................................................... 4
B. Ruang Lingkup Bimbigan
Akhlak........................................................... 5
BAB III
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI
A. Berakhlak
Terhadap Jasmani................................................................... 8
B.
Berakhlak Terhadap Akalnya................................................................. 9
C. Berakhlak Terhadap Jiwa........................................................................ 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 11
B. Saran-Saran............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehidupan ini banyak sekali yang diperlukan manusia. Keperluannya ada
kalanya dapat dapat diusahakan sendiri dan ada kalanya harus mendapat bantuan
orang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, kita hendaknya melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik, agar hasilnya atau akibatnya baik pula bagi diri
kita. Begitu pula kalau ada orang yang memerlukan atau pertolongan, hendaknya
kita bantu dengan asaran-saran atau cara-cara yang dapat menghindarkan orang tersebut
dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Didalam agama Islam, kita disuruh mengerjakan perbuatan-perbuatan baik,
sebab setiap perbuatan baik dapat menyenangkan oranglain yang bergaul dengan
kita bahkan akan menyenangkan diri kita sendiri. Orang yang berbuat baik tidak
pernah merugikan orang lain dalam pandangan Allah, malahan suatu kebaikan yang
kita lakukan akan dibalas oleh Allah dengan beberapa kebaikan bahkan tidak
jarang mendapat balasan yang melimpah.
Jadi perbuatan baik banyak menguntungkan, sedangkan perbuatan buruk banyak merugikan. Orang yang ingin beruntung tentu gemar melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ia beruntung dalam pandangan manusia dan lebih beruntung lagi dalam pandangan Allah.
Rasulullah SAW bersabda :
Jadi perbuatan baik banyak menguntungkan, sedangkan perbuatan buruk banyak merugikan. Orang yang ingin beruntung tentu gemar melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ia beruntung dalam pandangan manusia dan lebih beruntung lagi dalam pandangan Allah.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
(H.R.Muslim)
Mengingat Rasulullah SAW, diutus untuk memperbaiki akhlak manusia dan
orang-orang yang terbaik ialah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Maka dalam hal ini kita
dituntut untuk melakukan hal-hal yang terpuji dalam hidup ini, mengingat apa
yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin membahas dalam suatu karya tulis
yang berjudul “Bimbingan Akhlak Bagi Kaum Muslimin”.
B.
Alasan Memilih Judul
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mencoba
membahas suatu masalah yang sangat penting peranannya dalam kehiduan
sehari-hari bagi umat Islam, yaitu tentang “Akhlak terhadap diri sendiri”
dengan beberapa alasaan yang perlu dikemukakan :
Akhlak yang baik adalah salah satu modal dasar dalam
tegaknya agama Islam. Kehadiran karya tulis ini, khususnya masalah bimbingan
akhlak ini, memang sangat penting diperlukan dan tepat dalam rangka
meningkatkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dikalangan muslimin
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Ingin memperdalam dan memperluas masalah akhlak
sebagaimana perananya bagi kehidupan umat. Kurangnya kesadaran umat Islam
dewasa ini yang memperhatikan pentingnya akhlak, sehingga perlu diingatkan.
C. Tujuan
Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis ingin mengemukakan beberapa tujuan
tertentu, sebagai berikut :
1. Untuk mengetengahkan hasil yang penulis peroleh selama mengikuti
pelajaran yang telah diberikan oleh para Dosen Al islam Universitas
Muhammadiyah Metro.
2. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang seluk beluk
ajaran agama Islam, khususnya mengenai masalah akhlak bagi kaum muslimin.
3. Untuk bisa dijadika sebagai bahan acuan dan membangkitkan
motivasi belajar yang lebih maju dengan disertai akhlak yang mulia.
D. Metode
Penulisan
Didalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis
menggunakan metode, antara lain seperti :
1. Library reseach atau Kepustakaan. Maksudnya bahwa dalam
pembuatan atau penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan kajian atau telaahan
dari berbagai buku kepustakaan, terutama yang ada hubungan dengan judul yang
penulis kemukakan, yang penulis kutip secara langusung ataupun tidak langsung.
2. Metode Conperative, yaitu dengan cara mebnadingkan
beberapa pendapat orang lain dan pengalaman penulis sendiri untuk dapat
dijadikan satu kesimpulan-kesimpulan yang dipandang penting oleh penulis.
E.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penulisan karya ilmiah ini maka
penulisan ini perlu diberikan batasan masalah, disini penulis hanya membahas
“Akhlak Terhadap diri sendiri”. Terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
1. Cara menumbuhkan serta mebiasakan akhlak
yang baik
2. Cara mencegah akhlak yang tercela
3. Beberapa hikmah berakhlak yang baik
Adanya pembatasan masalah tersebut bukan berarti bahwa
masalah akhlak hanya terdiri dari hal-hal tersebut diatas saja, akan tetapi
cukup banyak dan luas, karya ilmiah ini hanya memuat pokok-pokok Akhlak
terhadap diri sendiri saja.
BAB II
PENGERTIAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA
PENGERTIAN AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Pengertian
Akhlak
Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jama’ dari
“khuluk” yang artinya budi pekerti, watak, tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam
jiwa manusia yang nampak dalam tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa
kekuatan itu lahir dengantingkah laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah
atau akhlakul karimah, artinya akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila
daya itu melahirkan perbuatan buruk dinamakan akhlakul madzmudah, artinya
akhlak yang tercela.
Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak disini akan dikemukakan beberapa
definisi-definisi dari beberapa ahli antara lain :
Definisi Ibu Athir dalam kitabnya An-Nihayah ; khuluk artinya ialah
gambnaran bathin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan
akhlak merupakan gambaran bentuk luarnya (seperti raut muka, warna kulit,
tinggi rendah tubuhnya dan lain sebagainya).
Definisi Ibnu dalam kitabnya Tahzibul Akhlak W ataath’hirul A’raq, akhlak ialah :
Definisi Ibnu dalam kitabnya Tahzibul Akhlak W ataath’hirul A’raq, akhlak ialah :
“Sikap jiwa seseorang yang
mendoongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
(terlebih dahulu)”.
Definisi Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya’ulumuddin yang berbunyi
“Akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak memerlukan pertimbangan/pikiran (lebih dahuku)”.
“Akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak memerlukan pertimbangan/pikiran (lebih dahuku)”.
Definisi Prof. Dr. Ahmad Amin akhlak ialah Adatul Iradah atau kehendak
yangdibiasakan. Definisi ini tersusun dalam tulisannya yang berbunyi yaitu :
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut dengan akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila dibiasakan
dengan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Maksud kehendak dalam definisi diatas ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan perbuatan-perbuatan yang diulang sehingga muda melakukannya. Jadi akhlak ialah gabungan dari kekuatan kehendak dan kekuatan kebiasaan.
Maksud kehendak dalam definisi diatas ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan perbuatan-perbuatan yang diulang sehingga muda melakukannya. Jadi akhlak ialah gabungan dari kekuatan kehendak dan kekuatan kebiasaan.
Definisi Prof. Farid Ma’ruf dalam bukunya “Analisa Akhlak Dalam
Perkembangan Muhammadiyah” :
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap kekuatan dan
kehendak yang mana yang berkombinasi membawa kecendrungan memiliki pihak yang
benar dalam (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal
akhlak yang jahat).
Dari definisi-definisi tersebut dapat doambil
kesimpulan bahwa perbuatan yang merupakan akhlak adalah apabila memenuhi dua
macam syarat :
1. Perbuatan dilakukan
berulang kali sehingga menjadi adat kebiasaan.
2. Perbuatan dilakukan
dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan atau tanpa sengaja.
Jadi kesimpulan akhir adalah, yang dimaksud dengan akhlak ialah “kesadaran
melakukan yang baik yang kemudian dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari”.
B. Ruang
Lingkup Bimbigan Akhlak
Pada dasarnya ada tiga pokok dan paling mendasar
hubungannya yang perlu diperhatikan dalam kehidupan manusia yaitu:
1. Hubungan manusia
dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia
dengan sesama manusia
3. Hubungan manusia
dengan alam
Agar hubungan tersebut terjalin secara selaras, serasi dan seimabang. Maka
perlu etika (akhlak) yang dalam pelaksanaannya berbeda satu sama lain, oleh
sebab itu secara garis besarnya ruang lingkup yang dibahas dalam Bimbingan
Akhlak disini adalah :
a) Cara menumbuhkan serta membiasakan akhlak yang baik
Adapun cara menumbuhkan akhlak yang bai, melakukan perbuatan yang meliputi sifat-sifat terpuji antara lain :
Adapun cara menumbuhkan akhlak yang bai, melakukan perbuatan yang meliputi sifat-sifat terpuji antara lain :
ü Sifat rendah hati (tawadhu)
ü Sifat sabar
ü Sifat jujur
ü Sifat pemaaf
ü Sifat penyantun
ü Sifat cermat
Disamping sifat-sifat terpuji, akan dibahas pula bagaimana cara membiasakan
akhlak ang baik meliputi perbuatan-perbuatan terpuji antara lain sebagai
berikut :
ü Taat terhadap perintah
Allah dan Rasul
ü Patuh kepada orang tua
ü Halus budi pekerti
b) Cara mencegah akhlak tercela
Adapun ruang lingkup cara mecegah akhlak tercela meliputi :
Menjauhi sifat-sifat tercela, seperti :
Menjauhi sifat-sifat tercela, seperti :
Ø Takabur
Ø Iri dengki
Ø Dendam
Ø Tidak disiplin
Ø Serakah
Menjauhi perbuatan-perbuatan
tercela seperti :
Ø Durhaka kepada orang tua
Ø Sadis
Ø Lalai
Ø Curang
Ø Ceroboh
c) Hikmah-hikmah yang dapat diambil dalam melakukan perbuatan
yang baik, itu akan mendatangkan kebaikan :
Ø Terhadap diri sendiri
Ø Terhadap keluarga
Ø Terhadap masyarakat umum
Ø Bangsa dan Negara
BAB III
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI
A. Berakhlak
Terhadap Jasmani.
1.
Menjaga Kebersihan Dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan
secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah
memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan
rapi terutamanya pada hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
- Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau
melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan,
satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
- Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan
hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia
tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah,
adat bermasyarakat dan seumpamanya.
- Rupa diri.
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya.
Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri
memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat
diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan
begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan
tidak melampau dan takabbur.
B.
Berakhlak Terhadap Akalnya
- Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya
agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan.
Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah
satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh 'ain yang
menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini
mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur.
Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
- Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah,
bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah,
sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta
muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala
bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan
cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi
dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan
menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang
masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka,
dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
C. Berakhlak
Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu
juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa
cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
- Bertaubat
- Bermuqarabah
- Bermuhasabah
- Bermujahadah
- Memperbanyak ibadah
- Menghadiri majlis Iman
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada itu kita
perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita perlu
berdoa kepada Allah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab terdahulu dapat
disimpulkan bahwa :
Yang dimaksud dengan akhlak ialah kesadaran melakukan perbuatan yang baik,
yangkemudian dibuktikan atau yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
supaya dapat menumbuhkan dan membiasakan akhlak yang baik.
Akhlak yang baik berperan penting bagi kehidupn manusia baik untuk dirinya sendiri berperan penting bagi kehidupan manusia baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, sebaliknya akhlak tercela sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain yang harus kita jauhi.
Akhlak yang baik berperan penting bagi kehidupn manusia baik untuk dirinya sendiri berperan penting bagi kehidupan manusia baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, sebaliknya akhlak tercela sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain yang harus kita jauhi.
Dengan akhlak yang baik akan terwujud suasana damai, rukun dan sejahtera
sesama umat manusia khususnya bagi kaum muslimin.
B.
Saran-Saran
Didalam penyusunan karya tulis
ini, penulis mempunyai saran-saran antara lain :
Supaya tetap tegaknya agama
Islam, maka hendaknya bagi pemeluknya melaksanakan perbuatan-perbuatan atau
sifat-sifat yang baik dan terpuji, dengan melaksanakannya kita telah menjaga
dan memelihara agama Islam.
Hendaknya bagi para orang tua
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik dan terpuji sejak masih kecil,
agar kelak kemudian hari tidak menyusahkan dirinya, keluarganya dan orang lain
disekitarnya.
Hendaknya selain melakukan perbuatan maupun sifat terpuji agar supaya menambah dengan amalan-amalan yang berpahalaseperti ; membaca Al-Qur’an, mendengarkan pengajian dan lain-lain.
Hendaknya selain melakukan perbuatan maupun sifat terpuji agar supaya menambah dengan amalan-amalan yang berpahalaseperti ; membaca Al-Qur’an, mendengarkan pengajian dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
H. A. Mudzakir dan H. Wardan, “Pendidikan Agama
Islam Untuk SLTA Jilid II”. Kota Kembang, Yogyakarta, 1988
H. Sukarna Karya dan H.A. Kadir Djailani, “Bimbingan
Akhlak Untuk Siswa SMTP, Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada
SMTP. Jakarta, 1986
Mahmud
Junus, “Terjemah Al-Qur’an Al-Karim”, PT. Al-Ma’rif, Bandung, 1990
Zaharudin AR dan Aziz Dahlan. “Akidah Akhlak Untuk Madarasah Aliyah Kelas I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam. Departemen Agama RI. Jakarta, 1988
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI
Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyaan III
(AIK III)

OLEH
Dian Wahyuni
1214170044
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
FAKULTAS FAPETRIK
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar